the very first STEP

Dalam beberapa tahun ini saya mengamati apa yang terjadi di dalam umat Islam di sekitar saya. Kenapa mereka begitu antusias, bangga, membela mati-matian terhadap bid’ah yang mereka lakukan. Belajar tentang bid’ah ternyata tidak cukup hanya dengan mengetahui dalil dari Al-Qur’an dan sunah Rasulullah. Itu tidak cukup, sangat tidak cukup. Yang lebih kita butuhkan adalah Allah membuka hati dan pikiran kita untuk mengetahui kesempurnaan Islam, keburukan bid’ah. Betapa banyak orang yang getol belajar tentang agama, namun ketika ia membeli buku, ia justru menambah keburukan agamanya karena membeli buku yang mengajarkan bid’ah untuk diamalkan. Ketika ia belajar dari seorang ustadz, ustadz itu bukan menyembuhkan penyakitnya tetapi malah menambah dengan bid’ah yang lain.

Sungguh Maha Suci Allah, Ia memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki dan menyesatkan siapa yang dikehendaki.

Oleh karena itu, sebelum melangkah untuk belajar tentang bid’ah, mari memohon kepada Allah agar Ia membuka hati dan pikiran kita untuk menerima kebenaran. Bukalah hati anda untuk menerima dan berserah diri kepada Allah dan menerima segala syariat-Nya, menerima ajaran Nabi-Nya. Yakinilah bahwa seseorang (siapapun dia, kyai/ustadz) diterima dan ditolak perkataannya selain Rasulullah.

Minggu, 20 Maret 2011

ahmadiyah lagi?

Ahmadiyah kembali menimbulkan masalah, para politikus, ulama, kafirin saling berdebat untuk menentukan nasib para pengikut Ahmadiyah dan kepercayaannya.
Fatwa MUI tentang Ahmadiyah tahun 2005, menjadikan keputusan Majma’ al-Fiqih al-Islami Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang diputuskan tahun 1985. Isinya menyatakan, bahwa Aliran Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi sesudah Nabi Muhammad dan menerima wahyu adalah murtad dan keluar dari Islam karena mengingkari ajaran Islam yang qath’iy, dan disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa Muhammad saw sebagai nabi dan rasul terakhir.
Fatwa MUI tahun 2005 itu menegaskan kembali fatwa tahun 1980, bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad. MUI juga meminta agar pemerintah segera melarang penyebaran paham Ahmadiyah di seluruh Indonesia dan membekukan organisasinya.
Dalam kasus Nabi palsu seperti ini, Nabi Muhammad saw dan juga sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq lebih memilih mengambil sikap yang tegas, sebab ini sudah menyangkut soal aqidah, soal keimanan. Jangankan dalam soal kenabian. Dalam masalah kenegaraan saja, orang yang membuat gerakan separatis atau merusak dasar negara juga dikenai tuntutan hukum. Kaum separatis, meskipun melakukan aksi damai, berkampanye secara damai untuk mendukung aksi separatisme, tetap tidak dapat dibenarkan. Jadi, kalau orang berkampanye merusak Islam, seperti yang dilakukan oleh Ahmadiyah dan para pendukungnya, tetap tidak dapat dibenarkan dalam ajaran Islam.

Saudara-saudara kita yang menyerukan agar Ahmadiyah dinyatakan berada di luar Islam telah melakukan kesalahan besar. Dari sejarah kita harus belajar, apa yang terjadi di Pakistan harus menjadi bahan pelajaran bagi kita semua, karena betapapun dinyatakannya Ahmadiyah berada di luar Islam, tetap saja mereka berdakwah mencari pengikut dengan menggunakan cara-cara yang licik, menggunakan ayat-ayat Al-quran dan hadits-hadits yang telah mereka selewengkan artinya sesuai hawa nafsu mereka.
Adalah suatu kenicayaan bagi kita untuk mengamalkan apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah kepada kita yaitu untuk berpegang tegung kepada sunnahnya dan sunnah Khulafaur rasyidin al mahdiyin. Kita telah mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar kepada Musailamah al kadzab.
Dalam sejarah, nabi palsu seperti Musailamah Al-Kadzdzab diperangi sampai mati oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq dengan mengerahkan 10.000 tentara, dan dipilihkan panglima terkenal Khalid bin Walid untuk memimpin penyerbuan. Kenapa? Karena darurat agama menduduki peringkat tertinggi yang harus diutamakan dibanding hal-hal yang lain yang harus dijaga.
Sungguh betapa bijak dan tingginya pemahaman Abu Bakar dan betapa bodohnya orang yang meninggalkan sunnahnya untuk mengikuti ketetapan orang-orang kafir (pengikut demokrasi) dan betapa rendahnya martabat orang yang takut dengan celaan orang-orang munafiq, padahal seorang mukmin tahu bahwa Allah lebih berhak untuk ditakuti adzabnya, Rasulullah dan Khulafaur rasyidin lebih berhak untuk diikuti sunnahnya.
Lahirlah wahai Abu Bakar abad modern, tumpaslah Musailamah abad modern. Tumpas habis mereka, apapun yang dikatakan oleh orang-orang kafir dan munafiq. Memang ini seperti sudah terlambat, tetapi terlambat itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Kita harus memikirkan bagaimana agama dan aqidah anak cucu kita yang tinggal di negeri yang para da’i kesesatan selalu mengintai mereka untuk menyeret mereka ke dalam neraka. Saatnya kita bertindak, sekali lagi janganlah ucapan orang kafir dan munafiq itu mencegah kita melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya juga sunnah Khulafaur rasyidin.
Tumpas habis para pemimpin dan du’at mereka, hentikan seluruh kegiatan dakwah dan finansial mereka, serta yang tak kalah penting adalah berdakwah kepada pengikut mereka di kalangan awam yang tidak memiliki pengetahuan agama yang memadai sehingga mereka mudah disesatkan para da’i Ahmadiyah.
Orang-orang kafir yang bertuhankan demokrasi mengatakan bahwa pengikut Ahmadiyah punya hak untuk hidup, beribadah sesuai pemahaman mereka, dan punya hak untuk berdakwah. Tidak. Bahkan mereka tidak punya hak untuk bernafas, karena udara ini adalah milik Allah. Mereka tidak punya hak untuk minum, karena air adalah milik Allah. Bagaimana mungkin mereka diberi hak sedemikian rupa, sedangkan mereka mencela agama Allah, melecehkan kitab-Nya, mencela Rasul-Nya yang terakhir. Tidak. Bukan SKB yang kita berikan, bukan pengawasan, bukan pembubaran yang pantas bagi mereka. Yang akan mereka dapatkan hanyalah pedang. Apakah mereka yang mati dan masuk neraka atau kita yang mati syahid menegakkan agama Allah. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba yang disifati Allah "asy-syida'u ala kuffar, ruhamaau bainahum". Hanya ada pedang bagi mereka. Hanya pedang. HANYA PEDANG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar